LAPORAN PRAKTIKUM
BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
“Aklimatisasi Bibit Anggrek Hasil Kultur In Vitro ”
OLEH:
KELOMPOK . V ( LIMA )
F I T M A N
D1B1 12 067
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2014
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kultur in vitro dianggap
selesai pada saat terbentuk plantlet (tanaman kecil) yang mempunyai pucuk pada
ujung yang satu dan akar pada ujung yang lainnya kemudian memindahkan plantlet
tersebut ke tabah lingkunan kondisi alam. Masa
ini merupakan masa kritis karena plantlet harus menyesuaikan diri dari kondisi
heterotrof yang aseptic dan terpenuhi semua kebutuhan untuk proses
pertumbuhan (hara, kelembaban dan cahaya matahari) menjadi kondisi autotrof
yang aseptic dan kondisi alam yang serba tidak teratur. Di lingkungan
autotrof tanaman didorong untuk mampu mengadakan fotosintesis sendiri sehingga
dapat tumbuh dan berkembang. Masa penyesuaian diri (adaptasi) ini secara umum
disebut aklimatisasi.
Bibit anggrek yang dikembangkan menggunakan metode
kultur jaringan telah banyak diproduksi dan dipasarkan dalam kemasan botol. Pemeliharaan bibit ini menjadi tanaman dewasa masih menemukan banyak permasalahan terutama pada fase
aklimatisasi, yaitu pemindahan bibit dari lingkungan aseptik dalam botol
ke lingkungan non aseptik. Disamping kemungkinan tanaman sangat sensitif
terhadap serangan hama dan penyakit, tanaman ini masih memiliki aktifitas
autotrofik yang masih rendah, sulit mensintesa senyawa organik dari unsur hara anorganik. Tulisan ini menguraikan beberapa
masalah fisiologis yang
perlu mendapat perhatian dalam usaha meningkatkan baik aktivitas autotrofik
maupun viabilitas bibit anggrek botol.
Pada anggrek epifit seperti Phalaenopsis, akarnya terletak
pada lingkungan atmosferik sehingga disebut dengan akar udara. Berbeda dengan akar yang melakukan penyerapan unsur hara melalui tanah, akar udara ini memiliki adaptasi
struktur yang berupa lapisan pelindung yang disebut dengan velamen.
Secara umum, velamen ini diyakini dapat berfungsi untuk membantu
penyerapan bahan terlarut yang berupa unsur hara. Akan tetapi, beberapa
peneliti masih meragukan karena jaringan ini impermeable terhadap air.
B.
Tujuan dan kegunaan
Tujuan dari praktikum
ini yaitu untuk mengetahui cara pembuatan media tanam bibit anggrek dari sabuk
kelapa dan akar pakis pada teknik aklimatisasi.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Aklimatisasi
adalah proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika pengakaran dilakukan
secara ex-vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan media
tanah, atau pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi bibit yang
siap ditanam di lapangan. Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptik ke bedeng (Koeswianti dan
Tutik, 2013).
Pemanjangan tunas secara
berkelompok lebih ekonomis daripada secara individu. Setelah tumbuh cukup
panjang, tunas tersebut dapat diakarkan. Pemanjangan tunas dan pengakarannya
dapat dilakukan sekaligus atau secara bertahap, yaitu setelah dipanjangkan baru
diakarkan (Hartanto, 2009).
Anggrek Dendrobium merupakan jenis
Anggrek asli Indonesia yang mempunyai banyak warna, bentuk dan aroma yang khas,
serta bunga Anggrek Dendrobium dapat bertahan kurang lebih 2 mingguan. Anggrek
Dendrobium adalah salah satu genus Anggrek terbesar yang terdapat pada dunia
ini. Diperkirakan Anggrek ini terdiri dari 1600 spesies (Amalia, 2007).
Aklimatisasi merupakan proses mengadaptasikan tanaman dari media in vitro di pindahkan ke media in vivo. Tanaman yang dapat tumbuh dalam keadaan in vitro jelas sangat berbeda dengan tanaman yang tumbuh pada keadaan
yang biasa atau disebut juga dengan in vivo. Oleh sebab itu tanaman in vitro harus mempunyai teknik khusus dalam
pemindahannya ke media in vivo (Gunardi, 1985).
Di
dalam botol kultur, kelembapan hampir selalu 100%. Aklimatisasi merupakan tahap
kritis karena kondisi iklim mikro di rumah kaca, rumah plastik, rumah bibit,
dan lapangan sangat jauh berbeda. Kondisi di luar botol berkelembapan nisbi
jauh lebih rendah, tidak aseptik, dan tingkat intensitas cahayanya jauh lebih
tinggi dari pada kondisi di dalam botol.planlet atau tunas mikro lebih bersifat
heterotrofik karena sudah terbiasa tumbuh dalam kondisi berkelembaban sangat
tinggi, aseptik, serta suplai hara mineral dan sumber energi berkecukupan (Zulkarnain,
2009).
Tahap
aklimatisasi penting dilakukan mengingat tujuan kita mengkulturkan bagian
tanaman adalah semata-mata untuk mengembangbiakkan tanaman agar diperoleh
anakan baru agar nantinya dapat berproduksi. Tanaman yang tidak diaklimatisasi
nantinya akan mengalami kekurangan nutrisi karena kandungan hara dalam media
lama kelamaan akan habis mengingat jumlahnya juga terbatas (Nursandi dan
Santoso, 2003).
Tahap ini
(aklimatisasi) diperlukan ketelitian karena tahap ini merupakan tahap kritis
dan seringkali menyebabkan kematian planlet. Kondisi mikro planlet ketika dalam
botol kultur adalah dengan kelembaban 90-100 %. Beberapa sumber menuliskan
penjelasan yang berkaitan dengan hal tersebut.Bibit yang ditumbuhkan secara in
vitro mempunyai kutikula yang tipis dan jaringan pembuluh yang belum sempurna
(Wetherell, 1982).
III. METODE PRAKTIKUM
A.
Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di
Laboratorium Agroteknologi Unit In Vitro Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo pada
hari Jum’at tanggal 31 Oktober 2014 pukul 02.00 WITA sampai selesai.
B.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum
ini yaitu pinset, timbangan analitik, hand sprayer, baskom, beaker gelas,
spatula, ember, keranjang tempat penyimpanan bibit pakis dan pot penampa,
peniris dan aluminium foil.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu air, akar
pakis, sabuk kelapa, kertas, plastik, fungsida, bakterisida dan bibit anggrek
dan aquades.
C.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini yaitu adalah sebagai
berikut:
a.
Dikeluarkan bibit
dari botol
·
Mengisi air ke dalam bibit botolan, kemudian
dikocok-kocok di buang airnya,
·
Bibit dikeluarkan dari
botol menggunakan pinset satu persatu,
·
Mencuci bibit hingga
bersih dari media agar,
·
Akar yang terlalu
panjang dapat di potong menggunakan gunting,
b. Penimbangan
·
Menimbang bakterisida
sebanyak 2 gram/L air dan fungisida pada masing-masing media
·
Menimbang fungisida 0,5
gram/L air pada masing-masing media dan masukkan planlet sebanyak 2 ulangan,
c. Direndam
bibit dalam larutan fungsida
·
Bibit direndam selama 5
menit dalam larutan bakterisida dan
fungisida,
·
Meniiriskan bibit anggrek dan dihampar diatas
kertas,
·
bibit dikelompokan berdasarkan umurnya,
d. Diisi
media dalam wadah dan penanaman
·
Media sebelum digunakan
direndam dalam larutan fungsida dan bakterisida,
·
Mengisi dengan media ¾ tinggi
pot,
·
Menanam planlet dalam
pot terdiri dari 2-3 planlet,
·
planlet yang sudah ditanam disungkup dengan plastic,
·
Menempatkan pada tempat
yang intensitas cahaya matahari 35-45%, suhu malam 18-24oC, siang
21-32oC, dan kelembaban 60-85% dan mempunyai aerasi/sirkulasi udara
yang baik,
·
Melakukan penyiraman,
·
Pengamatan
IV. HASIL DANN
PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Hasil
pengamatan praktikum dapat dilihat pada table dibawah ini :
NO
|
HARI PENGAMATAN
|
KETERANGAN
|
1
|
Minggu pertamana
|
Tanaman
dalam keadaan sehat dan tidak terkontaminasi
|
2
|
Minggu kedua
|
Tanaman
dalam keadaan sehat dan tidak terkontaminasi
|
3
|
Minggu ketiga
|
Tanaman
dalam keadaan sehat dan tidak terkontaminasi
|
B. Pembahasan
Aklimatisasi adalah
proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika pengakaran dilakukan secara
ex vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol, dengan media sabut
kelapa, tanah atau pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi
bibit yang siap ditanam di lapangan. Tahap aklimatisasi penting dilakukan
mengingat tujuan kita mengkulturkan bagian tanaman adalah semata-mata untuk
mengembangbiakkan tanaman agar diperoleh anakan baru agar nantinya dapat
berproduksi. Tanaman yang tidak diaklimatisasi nantinya akan mengalami
kekurangan nutrisi karena kandungan hara dalam media lama kelamaan akan habis
mengingat jumlahnya juga terbatas.
Berdasarkan
hasil yang telah diperoleh dalam praktikum, maka dapat diketahui bahwa media
yang dipakai dalam tahap aklimatisasi yaitu berupa media sabut kelapa dan akar pakis
yang telah disterilsasi sebelumnya dengan cara di kukus, proses sterilisasi
dimaksudkan agar media tidak terkontaminasi bakteri atau cendawan yang nantinya
akan menggangu pertumbuhan tanaman. Media sabut kelapa dipakai karena memilki
pori-pori yang lebih besar dibandingkan tanah pada umumnya, hal ini
dimungkinkan agar tanaman hanya mengambil nutrisi yang diperlukan. Penggunaan
pot sebagai tempat bagi media tanam di maksudkan agar lebih mudah mengontrol
setiap planlet dan memiliki ukuran yang sesuai dengan ukuran planlet yang
kecil.
Sebelum
ditanam, planlet diberi perlakuan terlebih dahulu yakni merendamnya dalam
larutan fungisida dan hormone. Perlakuan ini dimaksudkan agar tanaman terbebas
dari kontaminasi cendawan dan perlakuan hormon dimaksudkan untuk mempercepat
pertumbuhan bagian vegetatif tanaman.
Keberhasilan
tumbuh pada tahap ini masih sangat minim, bila persentase tumbuh telah mencapai
50 % maka dapat dikatakan proses aklimatisasi tersebut berhasil. Hal ini
disebabkan karena beberapa faktor seperti suhu yang tidak tetap, faktor
keterampilan dan ketelitian pun sangat berpengaruh pada tahapan ini. Selain itu
pemberian air setiap saat juga sangat diperlukan oleh planlet karena merupakan
tahap penyesuaian agar tidak mengalami kematian.
KKKKNLHKHG
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang didapatkan, maka
dapat disimpulkan bahwa aklimatisasi tanaman yang di lakukan dalam pot yang
berisi media sabut kelapa dan akar pakis yang telah disterilisasi memiliki
manfaat agar planlet tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme yang merugikan.
B. Saran
Saran saya dalam praktikum ini
semoga praktikum kedepannya lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia. 2007.
Evaluasi Pertumbuhan In Vitro dan Produksi Umbi Mikro Beberapa Klon Kentang (Solanum
tuberosum L.) Hasil Persilangan Kultivar Atlantik dan Granola. Skripsi.
Program Studi Hortikultura Fakultas Pertanian Bogor.
Gunardi.
1985. Anggrek untuk pemula. Penerbit Angkasa, Bandung.
Hartanto. D.
2009. Induksi Umbi Mikro Tanaman Daun Dewa (Gynura pseudochina) Lour DC
Secara In Vitro Pada Beberapa Konsentrasi Sukrosa dan Retardan. Skripsi.
Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Koeswianti dan Tutik.
2013. Biologi Kultur Jaringan. Bahan Ajar Kuliah Bioteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin. Diperbaharui 01 Maret 2013.
Nursandi dan Santoso.
2003. Bioteknologi dalam Pemuliaan Tanaman. Bogor. IPB Press.
Sukri. 2001. Kutur
Jaringan dan Cara Memperbanyak Tanaman Secara Efisien. Agro Media Pustaka;
Jakarta .
Zulkarnain. 2009. Kultur
jaringan Tanaman Solusi Perbanyak Tanaman Budi Daya. Bumi aksara: Jakarta.